Untuk meningkatkan peranan perusahaan
pembiayaan syariah dan unit usaha syariah perusahaan pembiayaan dalam
mendukung perekonomian nasional, meningkatkan perlindungan konsumen dan
pengaturan prudensial, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan
Peraturan OJK No. 10/POJK.05/2019 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Unit Usaha Syariah Perusahaan
Pembiayaan (“POJK No.10/2019”).
Perusahaan Pembiayaan berdasarkan
regulasi ini adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
barang dan/atau jasa. Sedangkan Perusahaan Syariah adalah perusahaan
pembiayaan syariah dan unit usaha syariah. Prinsip Usaha Syariah
didasarkan dari fatwa dan persyaratan kesesuaian syariah dari Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Perusahaan Syariah melingkupi
perusahaan syariah dan unit usaha syariah. Perusahaan Pembiayaan Syariah
adalah perusahaan syariah yang seluruh kegiatan usahanya melakukan
kegiatan syariah. Sementara itu Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit
kerja dari kantor pusat Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pembiayaan
syariah atau berfungsi sebagai kantor induk dari Kantor yang
melaksanakan pembiayaan pembiayaan syariah. Pembiayaan syariah termasuk
pembiayaan jual beli, pembiayaan investasi dan pembiayaan jasa.
Kegiatan usaha perusahaan syariah
wajib mendapat persetujuan usaha dari OJK terhadap setiap penggunaan
akad dan setiap fitur dari kegiatan usaha pembiayaan syariah yang
dilakukan dengan menggunakan akad. Dalam kegiatan usahanya tersebut,
perusahaan syariah wajib membentuk komite produk dan pengembangan
kegiatan usaha syariah yang diketuai oleh Direktur Utama atau yang
setara bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah atau Pimpinan UUS bagi UUS.
Pelaksanaan tugas komite tersebut wajib dilaporkan dalam pelaporan tata
kelola kepada OJK.
Perusahaan syariah wajib memiliki
sistem informasi dan teknologi yang terintegrasi bagi perusahaan syariah
yang telah memiliki kantor cabang lebih dari 5 (lima) di Indonesia.
Persyaratan yang wajib dipenuhi oleh Perusahaan Syariah untuk
menggunakan sistem teknologi informasi tersebut diantaranya adalah
memiliki prosedur SOP terkait kegiatan usaha dengan memanfaatkan
teknologi informasi, memiliki SDM yang memiliki keahlian di bidang
teknologi informasi, memiliki pusat data dan pusat pemulihan bencana
yang ditempatkan di Indonesia dan standar sistem teknologi informasi
yang aman.
Selain itu, Perusahaan Syariah wajib
melakukan mitigasi risiko pembiayaan syariah dimana dilakukan dengan
cara mengalihkan riisko pembiayaan syariah melalui mekanisme penjaminan
syariah, mengalihkan risiko atas agunan dari kegiatan pembiayaan syariah
melalui mekanisme asuransi syariah dan melakukan pembebanan jaminan
fidusia, hak tanggungan atau hipotek atas agunan dari kegiatan
pembiayaan syariah. Dalam melakukan mitigasi risiko tersebut, perusahaan
syariah wajib menggunakan lembaga penjamin syariah atau perusahaan
asuransi syariah yang telah mendapatkan izin usaha dari OJK.
Demikianlah informasi mengenai Ketentuan Umum Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Syariah di Indonesia, semoga dapat bermanfaat.
Catherine Lieba Ary
Founder JasaParalegal.co.idby EasyHelps
a Corporate Secretary Firm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar